Dengar istilah ‘Bonus Demografi’? Itu bukan bonus akhir tahun. Itu adalah kita! Para profesional muda. Indonesia lagi di fase ’emas’ di mana jumlah usia produktif (kayak kita) JAUH lebih banyak dari usia tua & anak-anak. Ini ‘jendela’ langka!
Logikanya, kalau yang kerja banyak, ekonomi ngebut. Ini ‘tiket emas’ RI buat jadi negara maju di 2045. Kita bisa jadi ‘mesin’ pertumbuhan kayak Korea atau Tiongkok dulu. Sounds good, right?
Awas, ‘Jebakan’ di Depan!
Tapi, ada ‘jebakan’-nya: Middle-Income Trap. Ini kondisi di mana negara ‘kejebak’ jadi negara ‘nanggung’. Gak miskin, tapi gak kaya-kaya. Kenapa? Karena bonus demografinya nggak berkualitas. Banyak orang, tapi skill-nya ‘kentang’ (kena tanggung).
Jadi, kita ini ‘bonus’ atau ‘bencana’? Jawabannya tergantung kualitas kita sekarang. Kalau skill kita cuma ‘standar pabrik’, kita cuma bakal jadi ‘beban’. Kalau kita melek teknologi, kreatif, dan nggak manja, kita beneran jadi ‘tiket emas’ itu. Pilihan di tangan kita!
Intisari:
- Bonus Demografi adalah fase di mana populasi usia produktif (15-64 tahun) Indonesia dominan.
- Ini adalah ‘jendela peluang’ emas bagi RI untuk melompat jadi negara maju.
- Ancaman terbesarnya adalah ‘Middle-Income Trap’, alias ‘kejebak’ jadi negara nanggung.
- Kunci suksesnya adalah kualitas SDM (skill, kesehatan, pendidikan), bukan cuma kuantitas.

